Sahabat, pernikahan itu sama seperti amanah lainnya, begitu berat. Bukan hanya keindahan yang ada di dalamnya, tapi juga hal-hal yang bisa membuat jenuh, meremukkan perasaan, mengukir kekecewaan, bahkan juga mendatangkan kesakitan fisik maupun batin.
Pada hakikatnya pernikahan setara dengan perjanjian yang amat berat, yakni perjanjian antara Allah dan Nabi Ulul-Azmi, Nabi yang paling utama di antara para Nabi, oleh sebab itu pernikahan termasuk dalam perjanjian yang paling kuat di hadapan Allah (mitsaqon ghalizha), maka setiap perjuangan kita menuju pernikahan in syaa Allah bernilai pahala besar, perjuangan kita untuk bertahan dalam pernikahan pun in syaa Allah tergolong dalam amal ibadah.
Betapa banyak godaan untuk tidak setia, godaan untuk membenci pasangan dan menyesali pernikahan yang sudah terjadi, bahkan godaan untuk menghancurkan rumah tangga yang memang sudah retak, oleh sebab itu kita membutuhkan 'obat bius' berupa cinta dengan dosis tinggi, bukan kepada pasangan kita, bukan kepada mertua kita, bukan kepada anak-anak kita, melainkan cinta kepada Allah, tempat segala harapan bergantung.
Ya, cinta pada pasangan sangat mudah hilang. Ia yang hari ini cantik, langsing, dalam waktu tak lama bisa berubah menjadi gempal dan wajahnya penuh keriput. Ia yang kini gagah dan ganteng, dalam hitungan tahun saja bisa menjadi botak dan buncit. Atau, sekalipun fisiknya makin cantik dan tampan, tapi cinta dalam hati bisa saja sudah hilang tak berbekas karena sifatnya yang buruk. Lihatlah kisah kawin-cerai para selebritis. Ketika jatuh cinta diumbar ke mana-mana, nyatanya tak bertahan lama juga.
Maka, hanya cinta Allah saja yang akan membuat kita kuat mengarungi bahtera pernikahan.
Sahabat, sungguh naif jika kita berharap hal-hal yang mudah dan menyenangkan saja dalam pernikahan, padahal jelas-jelas Iblis dan bala tentaranya senantiasa memerangi kita untuk keluar dari ikatan pernikahan:
“Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang melapor, ‘Saya telah melakukan godaan ini.’
Iblis berkomentar, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’
Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang, sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah berpisah (talak) dengan istrinya.’ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata, ‘Sebaik-baik setan adalah kamu’”. (HR. Muslim, no.2813)
Imam al-Munawi mengatakan, “Sesungguhnya hadits ini merupakan peringatan keras, tentang buruknya perceraian. Karena perceraian merupakan cita-cita terbesar makhluk terlaknat, yaitu Iblis. Dengan perceraian akan ada dampak buruk yang sangat banyak, seperti terputusnya keturunan, dll”. (Faidhul Qadir, 2:408).
Dengan menyadari peperangan melawan syetan ini, maka kita bisa mengantisipasinya dengan berjihad dan juga mengikhlaskan hati dengan apapun takdir Allah yang terjadi pada diri kita. Sungguh, syetan takkan memiliki daya upaya untuk mengelabui orang-orang yang ikhlas hatinya.
Bagi Sahabat yang sudah menikah, ketika terbetik rasa kesal terhadap suami, anak, mertua, segeralah beristighfar dan berwudhu, sadari bahwa ada campur tangan syetan juga di perasaan tersebut, sehingga membuat dada kita terasa sempit atau panas.
Bagi Sahabat yang belum menikah, ketika terbetik perasaan menyerah tak ingin lagi berikhtiar mencari jodoh, istighfar dan lawanlah, karena sangat mungkin ada campur tangan syetan pula dari perasaan putus asa tersebut.
Berjihadlah dan cobalah belajar untuk mencintai Allah, hanya dengan cinta Allah, kita bisa menikmati setiap hari dalam penjara dunia ini.
“Dari Anas r.a. dari Nabi saw. Bersabda: “ Barang siapa ada tiga perkara padanya, ia telah mendapatkan manisnya iman, yaitu hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya dari apa yang selain keduanya, hendaklah ia mencintai dan membenci seseorang semata karena Allah, dan hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia benci jika akan dicampakkan ke dalam neraka”. (H.R. Bukhari Muslim)
Adapun ciri-ciri orang yang jatuh cinta (kepada Allah) menurut Ibnu al_Qayyim al-Jauziyyah di antaranya sebagai berikut:
1. Selalu Ingat pada Sang Kekasih; __Seseorang yang mencintai kekasihnya, hati dan lisannya akan senantiasa menyebut dan mengingatnya.
2. Memperhatikan Ucapan Sang Kekasih; __Seseorang yang Mencintai kekasihnya senantiasa memperhatikan secara seksama pembicaraan kekasihnya dengan memusatkan hati dan pendengaran kepadanya. Hatinya senantiasa tertambat pada kekasihnya.
3. Mencintai Orang-orang yang Dekat dengan Kekasih; __Seseorang yang mencintai kekasihnya, mencintai segala yang berhubungan dengan kekasihnya, seperti keluarganya, pekerjaannya, karyanya, wadahnya, makanannya dan pakaiannya.
4. Cemburu terhadap Sang Kekasih; __Sikap cemburu seseorang untuk dan kepada kekasihnya adalah bukti bahwa dia mencintainya. Cemburu untuk kekasihnya adalah membenci sesuatu yang dibencinya. Selain itu, dia cemburu jika kekasihnya didzalimi, haknya dirampas, dan masalahnya diabaikan.
5. Berkorban Demi Sang Kekasih; __Bergembira karena Sang Kekasih Bahagia; __ Seorang pecinta akan merasa senang bila kekasihnya bahagia, meskipun faktor yang membuatnya bahagia adalah sesuatu yang dia benci. Ketika itu, kebahagiaan sang kekasih telah berubah menjadi obat yang pahit untuknya. Secara alamiah dia tidak menyukai obat itu, tetapi dia mau meminumnya karena di dalamnya mengandung kesembuhan untuknya.
6. Senang Menyendiri Bersama Sang Kekasih; __Tiada sesuatu yang lebih menyenangkan bagi seorang pecinta daripada menyendiri bersama sang kekasih. Dia akan sangat benci ketika ada orang lain yang datang nimbrung bersamanya.
7. Merendahkan Diri di Hadapan Sang Kekasih; __Seorang pecinta tak akan pernah merasa hina dihadapan kekasihnya sebab dia merendahkan diri di hadapannya. Dia tidak menganggap sikapnya itu sebagai suatu aib, bahkan dia menganggap sebagai suatu kehormatan.
8. Meninggalkan Semua yang Dibenci Sang Kekasih; __ Seorang pecinta akan menjauhkan segala yang dibenci kekasihnya sebagai bukti bahwa dirinya mencintainya. Dia akan merasa senang dengan segala yang bisa mendekatkan dirinya kepada kekasihnya, dan hal itu dianggap baik olehnya jika bisa menyampaikan maksudnya pada sang kekasih. Cukup banyak di antara para pecinta meninggalkan makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, atau segala hal yang dibenci kekasihnya meskipun dia menyukainya.
0 Response to "Satu-satunya Cinta yang Perlu Ada dalam Pernikahan bahkan dalam Kehidupan"
Posting Komentar