"Merasakan cinta seperti menemukan diri sendiri menjadi tokoh utama dalam sebuah drama seperti yang biasa ditonton dalam film-film ataupun tertulis pada lembar cerita karya pujangga. Cinta menjadikan hidup lebih berwarna, membuat seseorang memiliki banyak tenaga untuk berubah dari biasa menjadi istimewa."
Ya, cinta memang semanis itu. Lebih manis dari strawberry ice cream atau pun cake warna-warni full cream yang selalu menggoda untuk dicicipi. Hanya satu yang mengalahkan manisnya, yaitu senyuman dari seseorang yang kita cintai. Jika cinta saja sudah sangat luar biasa mengubah kita dari rakyat jelata menjadi ksatria. Jika berbicara dengannya saja sudah membuat kita berbunga-bunga, lalu masihkah ada yang kurang dari semuanya? Haruskah kita meniru drama yang ditaburi dengan bumbu-bumbu keromantisan pada setiap adegannya?
Sebenarnya romantis tidak bisa menjadi ukuran seberapa besar cinta seseorang. Romantis adalah rasa yang ada pada sisi pribadi seseorang sehingga ia tergerak untuk untuk melakukan hal-hal yang sweet untuk pasangannya. Tak bijak rasanya jika keromantisan dijadikan alat ukur untuk mengetahui seberapa cinta, ketika ada banyaknya orang yang kini bisa berpura-pura pada sebuah rasa.
Tak perlu juga menyematkan keromantisan sebagai standar ideal untuk mencari pasangan. Ketulusan tentu lebih utama dibandingkan hal-hal sweet yang hanya tampak mata. Memiliki pasangan yang super romantis memang bisa membuat iri wanita lainnya, ketika ia tak pernah absen menyiapkan kejutan-kejutan, hadiah istimewa, dan memiliki pandangan mata yang luar bisa ketika menatap matamu lama. Tapi, untuk apa semuanya jika tidak dari ketulusan jiwa?
Setiap orang yang mencintai sudah pasti menginginkan kebahagiaan orang yang dicintai. Mencintai adalah sebanyak apa memberi tanpa mengharap kembali. Cinta tumbuh begitu saja tanpa paksaan, sebuah perasaan yang tak kita sadari telah bersemayam di hati. Di banding sibuk menilai seberapa romantis pasangan, kenapa kita tidak mulai menerimanya saja? Membiarkannya mengekspresikan cinta yang ia punya dengan caranya.
Sadarilah bahwa tidak semua orang memiliki bakat untuk menjadi romantis. Seperti halnya tidak semua orang menyukai roman picisan yang indah mengharukan. Tidak semua orang bisa menyuarakan isi hati dengan menulis surat cinta yang penuh kata-kata puitis. Tapi setiap orang memiliki perasaan, dan cinta bisa melekat di hati mana saja kemudian menetap disana.
Tak mengapa jika tidak memiliki sisi keromantisan, asal ketulusannya tak diragukan
Di masa sekarang ini, dimana seseorang bisa berpura-pura mencintai. Jangan pernah lepaskan dia yang mencintaimu dengan ketulusan. Tulus cintanya sudah cukup untuk membuatmu bahagia. Meski tak akan ada hal mengagumkan yang ia rencanakan, tapi pendampingannya selalu kamu rasakan. Kata-katanya biasa saja seperti seorang kawan, tapi bersamanya kamu selalu nyaman.
Bersyukurlah ketika kamu mendapatkan pasangan yang hatinya terpancar ketulusan. Cuma kamu yang tahu betapa dia sangat mencintaimu. Tak ada yang lebih baik dari cinta yang diam-diam, tanpa harus berisik. Tak perlu seluruh dunia tahu kisah cinta kalian. Yang utama adalah upaya kalian untuk selalu saling membahagiakan.
Home » muslimah »
pernikahan »
Renugan Islam »
renungan
» Romantis Itu Bonus, yang Terpenting Adalah Cinta Yang Tulus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Romantis Itu Bonus, yang Terpenting Adalah Cinta Yang Tulus"
Posting Komentar